Sahabat Nabi (Abu Dzar) Yang Paling Miskin Tapi Bahagia
Abu Dzar al-Ghifari RA adalah sahabat nabi yang paling miskin jika dibandingkan dengan sahabat lainnya. Ia sangat hati-hati terhadap kepemilikan harta dan kemewahan dunia.
Hal tersebut dijelaskan dalam Tafsir Al-Qur'an Juz 20 Al-Qawiyyu Al-Amin yang disusun oleh Yunan Yusuf.
Kisah Zuhud Abu Dzar al-Ghifari
Ada banyak kisah yang menggambarkan kezuhudan Abu Dzar RA. Salah satunya seperti diceritakan dalam buku 3 Golongan Musuh Allah Pada Hari Kiamat karya Rizem Aizid.
Meskipun Abu Dzar RA dikenal sebagai sahabat yang paling miskin, tetapi Rasulullah SAW tetap memerintahkannya untuk bersedekah.
Menurut cerita, Rasulullah SAW berkata kepada Abu Dzar RA, "Kalau engkau membuat sop, perbanyaklah kuahnya dan hendaknya engkau bagikan kepada tetanggamu."
Kemudian Abu Dzar RA menjawab, "Tetapi sop saya istimewa, ya Rasulullah!"
Nabi SAW bertanya lagi, "Apa maksudmu?"
Abu Dzar RA menjawab, "Sop saya hanya terdiri dari air putih, dibubuhi garam, dan sedikit irisan bawang."
Namun apa yang disabdakan Rasul? "Tidak mengapa," terang beliau. Kemudian Abu Dzar RA melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW.
Maka, tetangga yang menerima sop Abu Dzar RA itu merasa terharu dan membalasnya dengan menu yang lebih baik.
Abu Dzar al-Ghifari Dulunya Perampok
Mengutip buku The Great Sahabat karya Rizem Aizid, jauh sebelum Abu Dzar RA masuk Islam, ia merupakan seorang perampok. Ia lahir dari keluarga Al-Ghiffar dan dibesarkan dalam lingkungan perampok.
Nama lengkapnya adalah Abu Dzar Jundub bin Junadah bin Sufyan al-Ghifari. Sejak kecil ia telah terbiasa dengan kekerasan dan teror. Dari situlah ia menjadi salah satu perampok besar dan ditakuti.
Hingga akhirnya datanglah hidayah dari Allah SWT. Abu Dzar RA sangat menyesali perbuatannya yang telah menyebabkan para korbannya menderita dan mengalami kerugian. Kerusakan dan derita para korban yang disebabkan oleh aksinya itulah yang menjadi celah masuknya cahaya ilahi ke hati Abu Dzar RA.
Ia pun akhirnya mengajak seluruh teman-temannya untuk bertaubat, namun kaumnya menolak dan ia diusir dari tanah kelahirannya sendiri. Ia tidak sendirian, ditemani dengan ibu dan saudara laki-lakinya bernama Anis al-Ghiffari. Mereka kemudian pindah ke Najd Atas.
Abu Dzar RA akhirnya menjadi sosok revolusioner di tempat tinggalnya yang baru. Ia banyak menciptakan ide-ide revolusioner. Namun, sayang idenya ditolak oleh masyarakat setempat. Akhirnya Abu Dzar RA hijrah ke Makkah.
Saat ia datang ke Makkah, kondisi Makkah sedang kacau dan ada pertentangan antara suku kafir Quraisty dan kaum Muslimin. Dari situlah Abu Dzar RA pun langsung tertarik untuk masuk agama Islam. Sesampainya di Makkah, ia langsung menuju ke rumah Rasulullah SAW untuk berbaiat.
Namun, sayang sekali ia tidak bisa menemui Rasulullah SAW pada hari itu. Abu Dzar RA baru bisa bertemu dengan Rasulullah SAW pada hari kedua setelah ia tiba di Makkah. Karena suasana di Makkah yang tidak kondusif akhirnya Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk menyembunyikan keislaman mereka.
Namun, secara terang-terangan Abu Dzar RA mengumumkan keislamannya di hadapan orang-orang kafir. Akhirnya ia pun mendapatkan siksaan dari para penduduk kaum kafir Quraisy itu. Abu Dzar terus mengulangi perbuatannya, hingga penduduk Makkah akhirnya berhenti menyiksa karena mengetahui bahwa Abu Dzar keturunan dari suku Ghifar.
Bila ia meninggal, maka tidak ada jalan lagi bagi penduduk Makkah untuk pergi ke Syam. Setelah masuk Islam, Abu Dzar RA merupakan sahabat yang sangat masyhur. Bahkan ia berhasil mengislamkan hampir seluruh sukunya yang suka merampok.
Bukan hanya itu saja, kezuhudan Abu Dzar RA ini dapat dilihat dari penolakannya terhadap gaya hidup kapitalistis. Ia merupakan pribadi yang sangat dermawan dan berpegang pada prinsip Islam. Dalam hal kekayaan, ia sangat keras dan berpendapat bahwa menyimpan harta yang lebih dari keperluan hukumnya haram.
Penulis: Nilam Isneni
COPYRIGHT: detikhikmah
Tanggal akses: 10/04/2023
Posting Komentar untuk "Sahabat Nabi (Abu Dzar) Yang Paling Miskin Tapi Bahagia"