Mungkinkah Menerapkan Metaverse di Birokrasi
Sensorama, yang dianggap sebagai embrio virtual reality, telah bisa melibatkan berbagai indra sehingga tontonannya sangat menghibur.
Mengikuti jejak gaming technology, media sosial facebookpun ikut bermetamorfosis dengan kemajuan ini. Pemiliknya Mark Zuckerberg, merubah Facebook menjadi Meta, dan bersiap memanfaatkan kemajuan teknologi virtual reality yang kini makin mengasyikan dalam dunia metaverse.
Metaverse adalah virtual reality, suatu realitas maya dimana ada kehidupan semu didalamnya. Orang bisa bermain, menikmati imaginasinya dalam bentuk avatar, animasi 3 dimensi yang hidup. Mereka tidak hanya bisa membangun rumah idamannya, sebuah kota modern pun bisa dibangun sesuai kehendak hati.
Teknologi virtual reality sejatinya juga telah diterapkan di dunia kedokteran, penerbangan, pendidikan, arsitek, militer, hiburan dan lain sebagainya.
Di bidang militer, misalnya, tentara bisa ikut simulasi perang secara virtual. Mereka bisa merasakan sensasi perang secara nyata seperti di medan pertempuran yang sesungguhnya.
Lingkungan kerja dan dunia pemerintahan sepertinya juga tidak tinggal diam dengan kemajuan virtual reality. Bill Gates, memprediksikan metaverse akan juga diadaptasi kedalam dunia kerja.
Ini bukan virtual office yang menyediakan informasi yang bisa diakses melalui internet, atau layanan suara veronica yang menjawab berbagai pertanyaan custromer.
Virtual office versi metavere kita bisa membangun kantor sesuai tugas dan fungsi pelayanan yang ada di dalamnya. Pejabat dan masyarakat Avatar akan bertemu di ruang virtual menggunakan avatar. Bukan saja itu, mereka bisa merasa seolah berada di ruangan yang sebenarnya bersama-sama.
Prediksi Gates ini ternyata bukan khayalan. Akhir 2022 nanti, Kota Soul, Korea Selatan akan menerapkan ekosistem metaverse untuk layanan administrasi di semua bidang administrasi kota. Layanan ini mencakup ekonomi, budaya, pariwisata, pendidikan hingga pengaduan sipil.
Metaverse Seoul, namanya dan bernilai 3,9 miliar won. Mimpi ini adalah bagian kebijakan Visi Seoul 2030 dengan tagline "Soul, Kota Emosional Masa Depan".
Untuk saat ini, kenikmatan berselancar apalagi untuk bekerja di dunia metaverse sedikit tidak nyaman. Pengguna masih menggunakan headset dan atau kacamata virtual reality untuk bisa masuk kedalam dunia itu.
Salah satu kekhawatirannya adalah adanya pihak ketiga yang bisa memberikan layanan berbayar, di mana user bisa melihat data dari user lain di dunia metaverse. Contohnya, ada tulisan di kepala peserta virtual yang menyediakan informasi soal mereka dari data yang ada.
Risiko keamanan data pribadi juga belum dapat dijamin. Berbagai data pribadi atau data terkait layanan sangat mungkin bisa mudah dimanipulasi dan digunakan untuk tujuan buruk.
Pengunjung virtual, misalnya, bisa saling melabeli diri sendiri dengan predikat buruk. Tanpa pengaturan yang ketat desain baru bermain dan bekerja di dunia maya ini bisa memicu hal-hal buruk yang tidak diinginkan.
Tapi ini hanya masalah waktu, dunia pemerintahan tidak lama lagi akan larut dalam dunia metaverse. Hal ini terjadi seiring perbaikan ekosistim kebijakan mulai dari regulasi untuk mencegah pelanggaran data pribadi hingga aturan untuk mengantisipasi dampak buruk yang ditrimbulkannya.
Jika sebelumnya ASN dikejutkan dengan Robot AI yang siap mengambil alih beberapa pekerjaan ASN, maka sebentar lagi "pengambilalihan" itu akan terjadi di dunia virtual.
Ini adalah keniscayaan Pemerintah Digital (e-government) di era New Public Services (NPS) sebagai pengganti paradigma dan model birokrasi pemerintahan tradisional dan formalistic ala Weber.
Jadi, apakah realitas semu, virtual reality akan juga melanda dunia birokrasi kita dan dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan public, ataukah hanya sekedar alat pemuas dahaga ego manusia untuk bebas berbuat apa saja?
Apapun itu yang terpenting adalah kesiapan ASN menghadapi perubahan yang kian cepat. Keluar dari jebakan zona nyaman dan tegar menghadapi tantangan di zona kekhawatiran serta terus belajar meningkatkan kompetensi dalam ruang pembelajaran sebelum akhirnya menjadi produktif di zona pertumbuhan.
Cepat atau lambat, dunia birokrasi akan ikut dilanda kemajuan teknologi terkini virtual reality, metaverse. Pastikan anda siap masuk kedunia itu dan memanfaatkannya untuk pelayanan public.
Posting Komentar untuk "Mungkinkah Menerapkan Metaverse di Birokrasi"